Pemanfaatan Limbah Pertanian Jerami Padi sebagai Pupuk

Lebih dari 50% lahan di Desa Sirnoboyo merupakan lahan pertanian. Hal tersebut berdampak pada profesi sebagian besar masyarakat di Desa Sirnoboyo sebagai petani. Komoditas pertanian yang ditanam di Desa Sirnoboyo cukup beragam antara lain padi, jagung, dan tembakau. Padi merupakan komoditas unggulan yang selalu ditanam oleh para petani terutama ketika musim padi. Dalam proses produksi padi menghasilkan antara lain 60% beras, 17% sekam, 8% dedak, 10% jerami, dan 5% bekatul. Sekam, dedak, jerami, dan bekatul merupakan limbah pertanian yang seringkali belum dimanfaatkan secara optimal. Limbah yang melimpah setelah masa panen seringkali hanya dibuang atau dibakar, sehingga mampu menimbulkan masalah lingkungan.

Salah satu limbah pertanian yaitu jerami padi mengandung berbagai unsur hara seperti silika, nitrogen, kalium oksida, dan potassium pentaoksida. Unsur hara tersebut memiliki manfaat dalam pertumbuhan tanaman. Namun ketika dibakar, unsur-unsur tersebut dapat hilang. Sehingga perlu diperhatikan cara lain dalam pemanfaatan limbah jerami padi tanpa melalui pembakaran. Salah satu pemanfaatan limbah jerami padi adalah dengan cara memanfaatkannya sebagai pupuk organik. Pemanfaatan limbah jerami padi sekaligus juga dilakukan untuk mencapai pertanian yang berkelanjutan. Manfaat dari pupuk antara lain dapat memperkaya kandungan bahan organik di dalam tanah, memperbaiki struktur tanah, dan meningkatkan kapasitas tanah dalam menyerap air.


Pembakaran Sampah

Salah satu program kerja yang diusung mahasiswa KKN-PPM UGM dalam rangka menghadapi permasalahan sampah pertanian, khususnya jerami padi di Desa Sirnoboyo, adalah melalui pemanfaatannya sebagai pupuk organik. Hingga saat ini masyarakat Desa Sirnoboyo, terutama yang berprofesi sebagai petani, hanya menimbun jerami sebagai pakan ternak atau membakarnya untuk menghangatkan ternak. Hal tersebut menjadi perhatian mahasiswa KKN-PPM UGM untuk memanfaatkan limbah tersebut secara berkelanjutan. Selain itu, banyak juga masyarakat petani yang juga berprofesi sebagai peternak, baik peternak sapi, kambing, maupun ayam. Ternak tersebut menghasilkan kotoran yang hingga kini belum termanfaatkan secara optimal.


Praktik Pembuatan Pupuk

Praktik pembuatan pupuk dilakukan dengan menggunakan alat dan bahan, antara lain: komposter, termometer, sekop, jerami, kotoran sapi, EM4, molase, dan air. Komposter yang digunakan berupa ember cat yang telah dilubangi di beberapa titik. Kemudian limbah jerami dipotong kecil-kecil sepanjang 5 cm untuk mempercepat proses penguraian. Selanjutnya, dibuat campuran aktivator bakteri dari campuran air, EM4, dan molase dengan perbandingan 50:1:1. Jerami kemudian disebar dalam komposter dan disemprot dengan aktivator bakteri hingga lembab. Kotoran sapi ditebarkan dengan ketebalan yang sama dengan jerami tersebut, lalu kembali disemprot dengan aktivator bakteri hingga lembab. Proses ini diulang hingga beberapa lapis dengan tebal lapisan yang sama. Komposter kemudian ditutup untuk mencegah terkena air hujan dan sinar matahari langsung. Umumnya, pada 4-5 hari pertama suhu pupuk akan naik menjadi 50-60 derajat Celcius, yang menandakan proses pengomposan sedang berlangsung. Setiap satu minggu sekali, dilakukan pengadukan dan penyemprotan dengan aktivator bakteri hingga lembab. Setelah 45-50 hari, pupuk akan matang, yang ditandai dengan perubahan warna menjadi coklat gelap, aroma tanah, dan tekstur seperti tanah.


Praktik Pembuatan Pupuk

Dalam kegiatan sosialisasi yang dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2024, yang bertepatan dengan perkumpulan tani Desa Sirnoboyo, telah dipaparkan materi mengenai pemanfaatan limbah jerami padi sebagai pupuk kompos, sekaligus praktik langsung dengan para petani mengenai cara pembuatan pupuk tersebut. Kegiatan tersebut dihadiri oleh petani dari 7 dusun di Sirnoboyo dan berlangsung dengan antusiasme yang tinggi dari para petani. Selain itu, para petani juga melakukan praktik langsung menggunakan alat dan bahan yang telah disediakan sesuai dengan materi yang telah disampaikan.

Dosen Pembimbing Lapangan: Dr. Sailal Arimi, M.Hum
Penulis: Waffiq Abir Nazihah

Referensi:
Kurniasari, B.K., Utari, S.D., Dwita, A., Wasilah, U., Wulandari, B.D., Ali, M.N., Hartawan, L.D., Nadirin, M. (2023). Pembuatan Pupuk Kompos Padat dari Limbah Kotoran Sapi Untuk Meningkatkan Hasil Pertanian di Desa Karang Bajo, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara. Dalam Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 6 (3).
Putra, A.R., Afandi, K., Anjani, D., Pradana, K.C. (2021). Pelatihan Kelompok Wanita Tani dalam Pemanfaatan EM4 terhadap Pembuatan Pupuk Kompos. Dalam Jurnal Abdi Masyarakat Saburai (JAMS), 2 (2).

Materi lengkap dapat diakses melalui link berikut:

Link Booklet Pembuatan Pupuk Jerami

bit.ly/https://bit.ly/BookletPupukJerami

Share your love